Parkir Tak Gratis Lagi

Dalam sebuah komunitas yang penuh dengan dinamika dan kesibukan individual, adanya security feellings   (rasa aman )adalah hal yang lumrah dan bisa dibilang sangat primer sifatnya.Begitu pula yang terjadi di kopma UGM selama ini.Rasa  aman itu menjadi kebutuhan paling mendasar apalagi untuk keperlluan semacam toko ,wartel dan café. Karenanya usulan adanya parkir kopma kiranya perlu ditindak lanjuti.

Kehilangan motor bukan lagi berita baru lagi di Kopma. Walaupun tidak terlalu sering tapi sudah berkali-kali motor yang diparkir di daerah kopma diamankan oleh maling. Dua tahun yang lalu (1999) setidaknya dua motor Honda milik konsumen kafetaria dan wartel raib, begitu juga di tahun 2000, tepatnya pada bulan September, setidaknya sudah dua kali pencuri melakukan aksinya di Kopma UGM. Pertama, 11 sepetember, sepeda Motor konsumen Counter Konsab hilang. Kedua, 26 September 2000 ada usaha pencurian, tapi berhasil digagalkan dan p[encuri diserahkan ke pihak berwenang-wenang (data ini di ambil dari Laporan pengurus triwuran III 2000).
Kehilangan di lokasi “parkir gratis” seperti parkir di Kopma UGM  memang menjadi resiko bagi pemilik sepeda motor, tapi Kopma juga tidak bisa lepas tanggung jawab.
Maka dari itu setelah adanya kehilangan motor milik pengunjung Wartel Kopma UGM (semoga yang terakhir),  keamanan kopma UGM ditingkatkan. Salah satu aksinya dengan adanya penjaga parkir toko Kopma UGM. Sayangnya penjaga parkir bukan dari satpam. Oleh karena itu sejak akhir januari, konsumen toko, kafe dan foto copy yang bawa motor, mesti merogoh saku untuk membayar biaya parkir. Tidak besr sich cuma seratus perak. Tapi itu tetap akan menjadi pertimbangan untuk belanja di kopma atau di tempat lain yang parkirnya gratis. Seperti dikatakan Mas Joko, “… di sisi lain akan mengakibatkan kemunduran konsumen di divisi toko.” Mas Joko yang sudah tujuh kerja tahun di Kopma UGM, tentunya punya pengalaman yang cukup.Yani,  yang biasa nongkrong di kafetaria kopma merasa keberatan dengan penarikan retribusi parkir ini. Menurutnya walau penarikan retribusi hanya 100 perak, nggak seperti di kampus-kampus yang mana manajemen penariknya teratur dan tidak di pungut retribusi, “Mohon ini untuk ditindak lanjuti demi konsumen dan kita semua” kata mahasiswa Fisipol UGM ’99 ini.

Dari segi keamanan akan lebih terjaga, dan “Tidak menimbulkan keresahan para konsumen”, kata Bejo dan aceng, penjaga parkir, saat ditemui FORAKSI. Dan untungnya toko-toko sekitar Kopma kebanyakan parkirnya juga bayar. Lihat saja Mirota, yang merupakan saingan berat Kopma, Parkirnya juga bayar, bahkan lebih besar. [] Basri Supriyadi.