Jika
kamu mengaku sebagai manusia yang normal, pasti dong kamu pernah mengalami
perasaan yang satu ini. Yap....apalagi kalau bukan perasaan tertarik dengan
lawan jenis. Dalam bukunya yang berjudul “The Science of Love” Anthony Walsh
menjelaskan bahwa ternyata ada banyak hormon yang bekerja secara aktif dalam
tubuh seseorang ketika dia mengalami syndrom seperti ini .
Ketertarikan
yang berlebihan dapat membangkitkan romantisme pada tahap awal; demikian
diungkap pula oleh Helen Fisher yang
juga peneliti dalam sebuah karyanya
yang begitu terkenal “Anatomy of
Love“. Tetapi, sebagai seorang peneliti dia pun menambahkan adanya efek buruk
akan hiperphenylethylamine yang ternyata hanya bertahan kurang lebih selama dua
tahun, maksimalnya empat tahun. Hal itu yang menyebabkan mengapa sering terjadi
perceraian di awal pernikahan. Masa dua hingga empat tahun dikenal sebagai
“kegatalan empat tahun” dalam bahasanya Fisher. Selain itu, PEA yang
berlebihan produksinya semakin menguatkan fakta tentang adanya kekaguman sesaat.
Jika ada di antara kita yang hanya suka terhadap seseorang, tetapi hanya
berlangsung sebentar itu wajar-wajar saja dalam
penilaian Fisher.
Otak,
melalui CNSnya (Centra Nervous System) merupakan sumber diproduksinya jenis
hormon yang ternyata punya banyak tandingannya ini. Sebut saja endorphin yang
mampu memberikan sensasi security feeling pada seseorang, bahkan perasaan tenang
dan sedikit merdeka. Pengikatan senyawa endorphine hampir mirip dengan cara
kerja morphin, begitu pula akibatnya. Endorphine cenderung memberikan perasaan
menenangkan dan mengurangi rasa sakit. Pengaruh senyawa ini adalah timbulnya
rasa damai, aman, dan tentram. Inilah ciri khas kecanduan morphine atau yang
sering digunakan sebagai obat bius.Bedanya endorphine ini tidak bersifat
anarkhis atau merusak tubuh. Kebalikan dari PEA, diproduksinya endorphine justru
dapat melanggengkan hubungan cinta seseorang. Hal ini dikarenakan kandungan
kimianya yang bersifat menenangkan dan membuat damai.[](Rinnie)